Selasa, 20 Januari 2015

Mengapa boarding School ?

2 komentar
SMP ISLAM CENDEKIA CIANJUR - BOARDING SCHOOL
Pengertian Boarding School, menurut Wilkidia:

A boarding school is a school where some or all pupils study and live during the school year with their fellow students and possibly teachers or principals. The word 'boarding' is used in the sense of "bed and board," i.e., lodging and meals.
Dari kiri ke kanan GEDUNG KELAS UTAMA, MASJID ANNISA, ASRAMA SMP ISLAM CENDEKIA CIANJUR

Pengertian Boarding School :: Definisi Boarding School - Boarding school adalah sistem sekolah dengan asrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya (Arsy Karima Zahra, 2008: 145).
Di lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa, bahkan berinteraksi dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan mereka tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih baik dan optimal.
“Boarding Schoolyang baik dijaga dengan ketat agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah berasrama” (Arsy Karima Zahra, 2008: 145). Dengan demikian peserta didik terlindungi dari hal-hal yang negatif seperti merokok, narkoba, tayangan film atau sinetron yang tidak mendidik dan sebagainya. Di sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional.

Perbedaan boarding school dengan sekolah umum lainnya adalah kelas di boarding school cenderung sedikit dengan jumlah siswa-siswi yang tidak banyak seperti kelas sekolah umum. Hal ini dilakukan agar para guru bisa melakukan pendekatan ke para siswa-siswi (Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009). Di boarding school bisa mengeluarkan siswa-siswi dari kelas apabila siswa tersebut tidak terlihat minat dalam berpartisipasi dikelas untuk belajar (Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009). Di boarding school kegiatan seperti olahraga atau kesenian tidak temasuk dalam kegiatan ektrakulikuler, mereka mencakup semua aspek belajar (Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009).

Boarding school menyediakan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan siswa. Lengkapnya fasilitas yang ada untuk menyalurkan bakat dan hobi siswa-siswi. Siswa-siswi di boarding schoolmemiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai kepentingan, mengambil  bidang yang diminati, dan menunjukkan bakat mereka (Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009).

Dalam sistem pendidikan boarding school seluruh peserta didik wajib tinggal dalam satu asrama. Oleh karena itu, guru atau pendidik lebih mudah mengontrol perkembangan karakter peserta didik. Dalam kegiatan kurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, baik di sekolah, asrama dan lingkungan masyarakat dipantau oleh guruguru selama 24 jam. Kesesuaian sistem boarding-nya, terletak pada semua aktivitas siswa yang diprogramkan, diatur dan dijadwalkan dengan jelas. Sementara aturan kelembagaannya sarat dengan muatan nilai-nilai moral.
Itulah kajian teori mengenai pengertian boarding school, semoga bermanfaat.
dikutip dari:  http://www.kajianteori.com/2013/03/boarding-school-pengertian-boarding-school.html

Senin, 19 Januari 2015

Pendaftaran murid baru SMP Islam Cendekia Cianjur tahun akademik 2015/16

0 komentar
Sudah dibuka pendaftaran gelombang pertama SMP pesantren SICC Boarding School
Pendaftaran penerimaan murid baru untuk tahun pendidikan 2015/16 di SMP Islam Cendekia Cianjur sudah dilaksanakan untuk gelombang pertama. Untuk gelombang ke dua akan segera dibuka. Silakan simak pengumuman di atas.

Pendaftaran bisa langsung ke sekolah SICC di jalan Pramuka Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur. Bisa juga dilakukan secara ONLINE. Untuk pendaftaran ONLINE silakan double klik di sini. 

Jangan sampai kehabisan tempat, buruan karena tempat terbatas.

Karakteristik pendidikan Islam

0 komentar
SMP Islam Cendekia Cianjur mendapat penghargaan kejuaraan pidato

Pendidikan Islam menurut Drs. Ahmad D Marimba yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. Dengan pengetian lain, sering kali beliau menyatakan kepribadian utama dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih, dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Sekolah SMP Pesantren Cendekia resmi sebagai gugus Pramuka




Menurut Drs. Burlian Somad, pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk indidvidu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan  tujuan itu, yaitu ajaran Allah SWT. Secara terperinci, beliau mengemukakan "pendidikan itu disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu :

·         Tujuannya membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut ukuran Al-Quran.

·         Isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di dalam Al-Quran yang pelaksanaannya dalam praktek hidup sehari-hari sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.

Paskibra SICC Boarding School selesai berlaga di kejuaraan se Cianjur




Menurut Syeh Muhammad pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehinnga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaan.

SMP Islam Cendekia Cianjur tergabung dalam Palang Merah Remaja (PMR)




Menurut Jarkowi Suyuti, pengertian pendidikan islam meliputi tiga hal, yang pertama jenis pendidikan yang pendirian dan penyelanggaraannya didorong oleh keinginan dan semangat cita-cita luhur. Kedua, jenis pendidikan yang menjadikan ajaran islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan. Di sini kata islam ditempatkan sebagai sebuah disiplin ilmu dan dikaji serta diperlakukan usebagaimana ilmu-ilmu lainya, ketiga, pendidikan mencakup kedua pengertian di atas disini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai yang mengilhami serta tujuan yang hendak dicapai dalam keseluruhan proses pendidikan sekaligus juga sebagai bidang yang ditawarkan lewat program studi yang diselenggarakan.

PMR putri SMP Islam Cendekia Cianjur




Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa Pendidikan Islam ialah bimbingan dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.
Dikutip dari: http://gurutomo.blogspot.com/2013/12/pendidikan-sekolah-islam-terpadu.html


PESANTREN SEBAGAI JARINGAN INTELEKTUAL

0 komentar
Alam yang hijau, indah serta asri tempat dibangunnya SMP Islam Cendekia Cianjur (SICC) Boarding School


Dalam konteks pesantren, Abdullah Syukri Zarkasyi menulis: ”hakikat pondok pesantren sebenarnya terletak pada isi/jiwanya, bukan pada kulitnya.Sedang pokok isi dari pondok pesantren adalah pendidikannya. Di dalam pendidikan itulah terjalin jiwa yang kuat, yang sama menentukan filsafat hidup para santri.” Dengan begitu, antara jiwa dan pendidikan yang telah terbina didalam pesantren tidak dapat dipisahkan. Dalam Islam, tradisi keilmuan adalah merupakan dasar yang cukup penting. Sementara dalam tradisi keislaman manusia diarahkan untuk mengenal diri. Konsep ini sebenarnya telah bertemu dalam ‘ilmu,‘alam, dan ‘amal. Gerak untuk mencari ‘ilmu adalah upaya memperkenalkan manusia pada ‘alam (cosmos)



Pembangunan asrama putri yang dikelilingi sawah nan hijau di SMP pesantren SICC Boarding School

Bapak Abdul Rochim, S.Hi dalam tulisannya di http://organization-ofgold.blogspot.com/2011/10/pesantren-sebagai-jaringan-intelektual.html, menyatakan:


Pesantren merupakan pusat transmisi intelktual Islam. Dalam hal ini telah dibuktikan oleh tranmisi yang dikembangkan oleh Maulana Malik Ibrahim yang kemudian melahirkan walisongo dalam jalur jaringan intelektual/ulama. Dari situlah kemudian Raden Rahmat (sunan ampel) mendirikan pesantren pertama di Kembang Kuning Surabaya tahun 1619 (Imran Arifin, 1993, Choirul Anam (ed), 1994). Selanjutnya, Sunan Ampel mendirikan pesantren di Ampel Denta, Surabaya. Pada tahap selanjutnya, berdiri beberapa pesantren di berbagai daerah, sperti Sunan Giri di Gersik, Sunan Bonang di Tuban, sunan Derajat di Paciran, Lamongan, dan Raden Fatah di Demak, Jawa Tengah (Sunyoto, 1989, Imron Arifin, 1993).
Dalam konteks inilah, pesantren tetap menjadi pusat tranmisi keilmuan/intelektual Islam kedua setelah masjid pada periode awal abad ke-16. Dalam pengamatan Pigeaud dan de Draf (1967, 1974), pesantren diandaikan sebagai sebuah komunitas independen yang tempatnya jauh, seperti di pelosok desa-desa, Proses terbentuknya pesantren melalui desa perdikan seperti ini terlihat dari kasus berdirinya pesantren Tegalsari (Guilot, 1985). Dari sinilah tranformasi keilmuan terhadap penanaman nilai-nilai ketaatan terhadap Tuhan, cara beribadah, cara bermoral dan beretika menurut ajaran Islam, mendalami kajian-kajian keagamaan berlangsung.

Asrama putra pada saat kunjungan orang tua ke sekolah islam terpadu SICC Boarding School


Inti dari jaringan intelektual Islam pesantren dibagi menjadi tiga priode besar. Pertama, priode awal pesantren yang dipelopori walisongo yang berlangsung pada abad ke-15 hingga abad ke-17. Tranmisi keilmuan Islam yang dikembangkan walisongo bermula dari dakwah Islam yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim pada abad ke-15 kepada murid-muridnya di jawa, model tranformasi keilmuan atau inetelktual pada saat itu adalah dengan cara halaqah atau pengajian rutin di pesantren. Pada giliranya, Walisongo lah yang pertama kali berhasil mentranmisikan keilmuan dan intelektual Islam di Nusantara melalui dua jalur; jalur kultural dan struktural. Jalur kultural dilakukan melalui dakwah Islam kepada masyarakat dengan menyelenggarakan pengajian di masjid-masjid dan mendirikan pesantren. Sedangkan jalur dilakukan dengan mengislamkan para penguasa atau ikut andil dalam mendirikan kekuasaan baru.


Pengembangan asrama putra di SMP Islam Cendekia Cianjur
Tranmisi kelimuan atau intelektual yang disebarkan oleh Walisongo terutama di Jawa Timur bersifat akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat setempat, yaitu berusaha mengadaptasikan Islam ke dalam tradisi lokal masyarakat setempat. Karakter inilah yang sampai sekarang masih menajdi corak keberagaman masyarakat Indonesi. Kedua, jaringan yang dibentuk oleh Abd Al-Rauf Al-Sinkili, Muhammad Yusuf Al-Makassari, dan Nur Al-Din Al-Raniri pada abad ke-17, mereka adalah tokoh penting yang menghubungkan jaringan intelektual ulama internasional dengan ulama regional. Mereka membantu menarik ulama muda yang berbakat, mereka tidak hanya mengenalkan Islam yang berorientasi syariat, tetapi juga menginisiasi merka ke dalam tarekat-tarekat. Corak jaringan yang di kembangkan pada abad itu membawa kecendrugan kearah ortodoksi, dengan menekankan aspek syariat dalam praktek tasyawuf. Ketiga, tranmisi keilmuan atau intelektual di teruskan oleh sejumlah intelaktual muda yang lebih beragam daerahnya pada abad ke-18, sejumah itelktual yang hidup pada abad ini terlibat kontak jaringan yang intend dan menjadi kawan dengan ulama-ulama Timur Tengah. Signifikasi jaringan intelektual pesantren yang di kembangkan oleh Walisongo dan ulama-ulama sesudahnya memiliki arti penting bagi perkembangan intelektual Islam di Nusantara. Hampir seluruh intelektual Islam pada masa pertumbuhan pesantren ini merupakan penulis-penulis yang produktif. Dari tangan mereka muncul ratusan karya, dari yang bersifat voluminious (berjilid-jilid) sampai risalah-risalah pendek.

SMP pesantren di alam nan asri dan indah, SICC Boarding School

Asrama di SMP berasrama SICC Boarding School

0 komentar
Asrama putra di kampus SICC Boarding School


Asrama putra didepan kolam ikan patin di SMP Islam Cendekia Cianjur

Pemandangan yang asri sekitar asrama putra SMP pesantren SICC Boarding School


Perluasan asrama putra SMP Islam Cendekia Cianjur





Pembangunan asrama putri SMP Islam Cendekia Boarding School


Pembangunan asrama putri di SMP berasrama Cendekia, Cianjur





Minggu, 18 Januari 2015

7 pahlawan wanita di Indonesia

0 komentar
Gedung kembar tempat ruang kelas SMP Islam Cendekia Cianjur
Indonesia banyak memiliki pahlawan. Berikut kami paparkan 7 pahlawan wanita dari Indonesia:

1. Raden Ajeng Katini
R.A Kartini lagir pada tanggal 21 April 1879 di kota Jepara, pahlawan nasional yang lahir dari kalangan Priayi kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat seorang Bupati Jepara, dan keturunannya pernah di telusuri bahwa ia adalah salah satu keturunan dari Sri Sultan Hangkubowono IV. Anak ke – 5 dari 11 bersaudara ini memperjuangkan pendidikan gratis di daerah Jepara dan Rembang yang dikhususkan untuk para kaum putri yang ada pada saat itu.

Door Duistermis tox Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang, itulah judul buku dari kumpulan surat-surat Raden Ajeng Kartini yang terkenal. Surat-surat yang dituliskan kepada sahabat-sahabatnya di negeri Belanda itu kemudian menjadi bukti betapa besarnya keinginan dari seorang Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang sudah membudaya pada zamannya.

Upaya dari puteri seorang Bupati Jepara ini telah membuka penglihatan kaumnya di berbagai daerah lainnya. Sejak itu sekolah-sekolah wanita lahir dan bertumbuh di berbagai pelosok negeri. Wanita Indonesia pun telah lahir menjadi manusia seutuhnya.

Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya.

Kartini hanya sempat memperoleh pendidikan sampai E.L.S. (Europese Lagere School) atau tingkat sekolah dasar. Setamat E.L.S, Kartini pun dipingit sebagaimana kebiasaan atau adat-istiadat yang berlaku di tempat kelahirannya dimana setelah seorang wanita menamatkan sekolah di tingkat sekolah dasar, gadis tersebut harus menjalani masa pingitan sampai tiba saatnya untuk menikah.

Asrama putra SICC Boarding School

2. Cut Nyak dhien (Perempuan Aceh Berhati Baja)

Cut Nyak Dien merupakan salah satu dari perempuan berhati baja yang di usianya yang lanjut masih mencabut rencong dan berusaha melawan pasukan Belanda sebelum ia akhirnya ditangkap. Pahlawan Kemerdekaan Nasional kelahiran Lampadang, Aceh, tahun 1850, ini sampai akhir hayatnya teguh memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Wanita yang dua kali menikah ini, juga bersuamikan pria-pria pejuang. Teuku Ibrahim Lamnga, suami pertamanya dan Teuku Umar suami keduanya adalah pejuang-pejuang kemerdekaan bahkan juga Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Ketika Lampadang, tanah kelahirannya, diduduki Belanda pada bulan Desember 1875, Cut Nyak Dien terpaksa mengungsi dan berpisah dengan ayah serta suaminya yang masih melanjutkan perjuangan. Perpisahan dengan sang suami, Teuku Ibrahim Lamnga, yang dianggap sementara itu ternyata menjadi perpisahan untuk selamanya. Cut Nyak Dien yang menikah ketika masih berusia muda, begitu cepat sudah ditinggal mati sang suami yang gugur dalam pertempuran dengan pasukan Belanda di Gle Tarum bulan Juni 1878.
Cut Nyak Dien diputuskan mejadi Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 2 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno.
Saung di atas kolam untuk santai di SMP Berasrama SICC

3. Cut Nyak Meutia
Cut Nyak Meutia, wanita asal Nangroe Aceh Darussalam, yang terus berjuang melawan Belanda hingga tewas diterjang tiga peluru di tubuhnya. Wanita kelahiran Perlak, Aceh, tahun 1870, ini adalah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial.

Sebelum Cut Nyak Meutia lahir, pasukan Belanda sudah menduduki daerah Aceh yang digelari serambi Mekkah tersebut. Perlakuan Belanda yang semena-mena dengan berbagai pemaksaan dan penyiksaan akhirnya menimbulkan perlawanan dari rakyat. Tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus, ketika itulah Cut Nyak Meutia dilahirkan. Suasana perang pada saat kelahiran dan perkembangannya itu, di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan hidupnya.

Perang terhadap pendudukan Belanda terus berkobar seakan tidak pernah berhenti. Cut Nyak Meutia bersama suaminya Teuku Cik Tunon langsung memimpin perang di daerah Pasai. Perang yang berlangsung sekitar tahun 1900-an itu telah banyak memakan korban baik dari pihak pejuang kemerdekaan maupun dari pihak Belanda.

Pasukan Belanda yang mempunyai persenjataan lebih lengkap memaksa pasukan pejuang kemerdekaan yang dipimpin pasangan suami istri itu melakukan taktik perang gerilya. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Di lain waktu, mereka juga pernah menyerang langsung ke markas pasukan Belanda di Idie.

Bersama suaminya, tanpa kenal takut dia terus melakukan perlawanan. Namun naas bagi Teuku Cik Tunong, suaminya. Suatu hari di bulan Mei tahun 1905, Teuku Cik Tunong berhasil ditangkap pasukan Belanda. Ia kemudian dijatuhi hukuman tembak.

Hijau dan asri lingkungan SMP Pesantren SICC Boarding School

4. Raden Dewi Sartika
Dewi Sartika (Bandung, 4 Desember 1884 – Tasikmalaya, 11 September 1947), tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966.
Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanagara. Meski melanggar adat saat itu, orang tuanya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika, ke sekolah Belanda pula. Sepeninggal ayahnya, Dewi Sartika dirawat oleh pamannya (kakak ibunya) yang berkedudukan sebagai patih di Cicalengka. Dari pamannya, beliau mendapatkan didikan mengenai kesundaan, sedangkan wawasan kebudayaan Barat diperolehnya dari berkat didikan seorang nyonya Asisten Residen bangsa Belanda.
Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Bandung.

Pesantren modern SMP Islam Cendekia Cianjur

5. Siti Aisyah We Tenriolle.
Wanita ini bukan hanya dikenal ahli dalam pemerintahan, tetapi juga mahir dalam kesusastraan. B.F. Matthes, orang Belanda yang ahli sejarah Sulawesi Selatan, mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo, yang mencakup lebih dari 7.000 halaman folio. Ikhtisar epos besar itu dibuat sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, wanita ini mendirikan sekolah pertama di Tanette, tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak pria maupun untuk wanita.Martha Christina Tiahahu ( 4 Januari 1800 – 2 Januari 1818 )

Masjid Annisa di Sekolah Islam berasrama SICC Boarding School

6. Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut. Lahir pada tanggal 4 Januari 1800, anak dari Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga sebagai teman perjuangan dari Thomas Matulessy Kapitan Pattimura dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.

Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dari peperang dan jiwanya yang terkenal dengan pantang mundur. Penampilan dari pahlawan nasional ini selalu membuat rambutnya yang panjang terurai ke belakang dengan sehelai kain berang (merah) yang di lingkarkan di kepalannya. Ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua, tidak mengenal siang dan malam ia selalu ada dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita yang ada pada saat itu agar ikut membantu kaum pria disetiap medan pertempuran dan berdampak pada Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang. Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui ajalnya dan dengan penghormatan militer jasadnya dilemparkan di Laut Banda menjelang tanggal 2 Januari 1818. Menghargai jasa dan pengorbanan, Martha Christina dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Gedung Kembar Utama di SMP Islam Cendekia Cianjur

7. Nyi Ageng Serang (1752 – 1828 )
Nyi Ageng Serang yang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi yang di perkirakan lahir pada tahun 1752, adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putri dari Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Ayahnya Pangeran Natapraja adalah panglima perang dari Sultan Hamengku Buwono I yang yang melawan pemerintahan kolonial di daerah Serang, dan pada saat itu juga Nyi Ageng Serang sudah dibawa dan ikut ayahnya berperang ketika ia masih anak – anak.

Dikabarkan bahwa Nyi Ageng Serang adalah salah satu keturunan Sunan Kalijaga, dan juga ia juga mempunyai keturunan seorang Pahlawan nasional yaitu Soewardi Soerjaningrat atau biasa di kenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Ketika perang Diponegoro meletus, Nyi Ageng Serang turut serta dan didampingi oleh menantunya Raden Mas Pak-pak yang juga ikut bertempur melawan Belanda. Nyi Ageng bertempur dan memimpin pasukannya dari tandu karena usianya yang sudah mencapai 73 tahun. Setelah 3 tahun ikut membantu Pangeran Diponegoro, Nyi Ageng Serang mengundurkan diri dari medan perang dan digantikan oleh menantunya Raden Pak-Pak. Dan tidak lama setelah itu pada tahun 1828 ia menutup usianya dan dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo.

Perpustakaan SMP pesantren SICC Boarding School

Fasilitas gedung di SMP Islam Cendekia Cianjur Boarding School

0 komentar
Gedung Kembar Utama, yang terdiri dari 3 lantai dan 24 kelas yang telah dilengkapi dengan multimedia hanya ada di SICC

Asrama putra SICC Boarding School pada saat kunjungan orang tua

Lapangan futsal berkelas internasional
SICC MART sarana belanja di kampus SICC Boarding School

Masjid Annisa, megah, gagah, dan bersih di SMP Pesantren SICC

Ruang sholat yang bersih, indah dan nyaman di SICC Boarding School

Tangga menunju masjid Annisa di kampus SMP Islam Cendekia, Cianjur

perpustakaan yang indah dan asri di samping masjid Annisa SICC

Selamat datang di SMP Pesantren SICC Boarding School